Minggu, 03 Oktober 2010

Olahraga - Motor cross

























Novel - Badrun Sang.......


Begitu, setiap kali kumuak dengan aparat, pejabat, orang-orang bahkan pacarku, kuselalu, berangkat keMonas duduk menghadap kekedutaan Amerika, kumuntahkan kebencian, sumpah serapah dan semua kedzoliman kehadapan kedutaan besar Amerika yang aku muak kepadanya, disanalah kutumpahkan kebencianku, sehingga mempertebal keimananku akan Kemunafikan Amerika sebagai negara Adidaya yang menindas, menghisap, begitupun terhadap Australia, kumuntahkan juga semua sumpah serapah tentang bangsaku kepadanya, kebencianku, tentang pejabat-pejabat Korup, dan politisi busuk semua kubangun dengan mengarahkannya semangat perlawan dan kumuntahkan, kebencian dan kemuakanku kesemua negara-negara Kapitalis yang licik, Negara-negara yang suka ikut campur tangan ekonomi bangsaku, bajingan kampret, memang, Cara yang kuanggap, menghindari kebencianku terhadap bangsa dan saudara-saudaraku sendiri dari kemuakan terhadap saudar-saudaraku yang korup. Jeblosakan dan tangkap, titik, tak ada kompromi.

Badrun Sang.......


SANG KEKASIH   
                        Sudah sejak Agustus 2009, satu hari setelah hari kemerdekaan Bangsa ini, kukenal ia, sebagai wanita yang penuh perhatian padaku, hingga banyak lelaki lain yang cemburu padaku, Ahhh… Infotaiment pikirku… Anjing menggonggong kafilah berlalu, tak ada lagi waktu kusempatkkan untuk berbagi pada kawan-kawanku, memang wanita membuat goyah keimananku, hanya sesekali Kumenyapa kawan lamaku… tak ada lagi kumpul-kumpul yang biasa ku hadiri bersama kawan-kawanku untuk bicara bagaimana menanyakan kabar pada gembel-gembel,yang senasib denganku, hanya kabar dan salam dari kawan yang menyapaku…enteng saja ku anggapnya, luar biasa panah asmaranya menancap dalam dalam relung jiwaku, romantis benar Aku dikala itu… usiaku padahal masih teramat muda kala itu. Buah bibir sana-sini kudengar sumbang, dari kawanku…seperti biasa ku hanya diam tidak mau ambil pusing, Sialan pikirku’ pengadilan apa lagi ini !...belum saja seumur jagung aku jalan dengannya, ahhh...sudahlah. Aku jalan ke Monas, persis tepat kumenghadap Kedutaan Amerika sambil muntahkan serapah dan kebencianku pada gedung megah itu, hanya itu yang kumampu untuk mengumpat Amerika, entah apa tujuanku kala itu, yang jelas kunyatakan Amerika sebagai bajingan direpublik ini, walaupun yang kutahu hanya nyopet dan jambret.

Badrun Sang.......


KONFLIK NILAI
Priiittt, priwitan Polisi memulai pagi, asap knalpot mengeluarkan asap hitam pekat penuh polusi, udara pagi menjadi kotor dan bau ditambah sumpah serapah orang-orang yang sakit jiwa lantaran digilas zaman dan dihisap darahnya oleh kedzoliman penguasa.  Pagi yang semrawut, matahari bergerak semakin tinggi, semakin cepat pula jam berdetak meninggalkan keterlambatan bagi kaum–kaum yang enggan dan menolak kehidupan yang seperti ini, menolak tunduk terhadap kekuasaan asap knalpot yang mengotori udara pagi, menolak dan melawan serta menantang zaman berdarah yang menghisap darah-darah saudaranya dihisap dan dibinatangkan ,tragedy ironi bagi kaum pembangkang, dunia Kapitalis, mereka Kaum pembrontak revolusioner menyebut kaum licik dan sesat kapitalis yang mengatur hidup jutaan bahkan milyaran manusia didunia.
 Tragedi dipagi hari ini berulang hingga umurku menginjak 25 tahun. DERUMAN SUARA MOBIL, hembusan knalpot, sumpah serapah pejalan kaki yang dihidangkan asap polusi, kebisingan kota membangunkan Badrun, mataharipun ikut membelah matanya yang tertidur pulas  ditaman Kota, “Bangun Gembel, tidak ada yang gratis dikota maling seperti ini”, bangun cepat…dan gembel Tua itupun berlalu tanpa menyiratkan kegelisahan dan semangat bertahan hidup yang tidak layak, tatapan matanya liar, tajam menusuk setiap orang yang memandangnya, bajunya kumal, perawakannya kurus, namun tampak terlihat kuat, rambut gondrong tak terurus dan ditumbuhi uban, tanda umurnya telah senja, Badrun masih mengerang, terasa malas dan lambat…dari kejauhan terdengar “ Cepat bangun gembel” !!!...cepatlah para maling sudah bergerak dari pagi tadi…nanti kau tak kebagian tempat…dasar bocah gembel”, pahit hidup mu Nak…!!!!, Badrun menjawab dengan suara lantang, “ Hei…kakek tua brengsek, jangan berisik, disini, selalu ada tempat bagi para Maling,” Badrun merasa terganggu, dengan kebawelan kakek tua itu, dia bangun dan duduk, memandang sekelilingnya, Badrun tersentak kaget, melihat orang yang berlari cepat, sedang diburu petugas. Heee…Menarik nafas panjang, gue pikir apa kali tadi, maling ngejar maling, sapaan pagi khas kota Jakarta.
Pak polisi sedang mengatur lalu lintas jalan, asap knalpot bus, aktifitas masyarakat kota Jakarta, gedung-gedung tinggi nan megah, mobil mewah dan bus Trans Jakarta melintas dengan segala kebisingannya, Badrun berjalan sambil menuntun nenek yang hendak menyebrang dikepadatan kota, matanya tajam mengawasi setiap langkah orang. Badrun menyelinap diantara keramainan orang, didalam Bis, DiTrotoar, diHalte bis, Di Terminal tangannya lihai menempel dari satu celana ke tas dan celana kembali. Siang bergerak, menghampiri malam, Jakarta kembali bersolek, gemerlap lampu menawarkan eksotisme pada siapa saja, aktifitasnya pun tak kalah sibuk dengan siang tadi, suara bising kafe-kafe, discotique, Jakarta Malam hari membungkam nyanyian binatang malam hari, yang habitanya pun digusur, Binatang Malam berkeliaran, langkah para pejala kaki, hentakan keras irama kota membuat tarian Metropolis dengan sang Maestro Kreografer kemegahan Jakarta. Sudah seminggu ini kakek yang bawel tak bersamaku dikala ku tidur tidak kelihatan, beberapa kali sudah kutanyakan kawan-kawanku, tak satupun dari mereka yang melihatnya, Aku kesepian, tak ada kakek bawel itu lagi disampingku, yang membangunkanku kala matahari mulai mengtintip kondominiumku, Ya’…Kondominium Sebuah bangku Taman yang beratapkan langit, dan bertaburan Bintang…dan bocor dikala Hujan, Kenapa Aku memikirkan sikakek bawel itu ?... yang setiap pagi mengumpatku dengan ocehan baunya “ bangun  Gembel, tak ada yang gratis dikota maling ini “, walaupun demikian Aku tak pernah marah kepadanya, Ya’ sosok Kakek Tua dan Gembel, untuk beberapa hari tak ada bersamaku, entah pergi  kemana Ia….dimakan anjing hitam dipos Jaga, atau dimakan Cacing-cacing tanah yang rakus…heehh, tak ada kuburan bagimu gembel tua, jika kau mati sekarang heehh….tunggu Aku dulu, sampai Aku Kaya,..akan kutaburi pemakaman kau dengan emas dan berlian, kubuat para maling-maling itu menjadi pesuruhmu,…heii…Pak Tua….Gembelll tuaaa Brengsek…...

Badrun Sang.......

Album Koleksi BWK













Gus denganFidel

Guyon dengan Fidel
Nah yang ini jadi guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden RI saat berkunjung ke Kuba bertemu Pemimpin Kuba , Fidel Castro .
Saat itu , Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba . Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat , menjurus serius . Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan , Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya , yaitu guyonan .
Beliau bercerita pada Pemimpin Kuba , Fidel Castro , bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel . Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan disitu . Tahanan pertama bercerita ” Saya dipenjara , karena saya anti dengan Che Guevara ” . Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba .
Tahanan kedua berkata geram ,” Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara !” .Lalu mereka berdua terlibat perang mulut . Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya . ” Kalau kamu kenapa sampai dipenjara disini ” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga .
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati ,” Karena saya Che Guevara !” .
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut .